Seperti yang telah diceritakan meta disini, akhirnya ku tonton juga tuh film Habibie Ainun yang lagi booming.
Jujur, aq ini memang dulu kuper *sampe sekarang sih* 😛
Jadi aq tidak tau sosok seperti apa Pak Habbie itu, bagaimana jalannya, cara bicaranya, dsb. Jadi ketika orang2 bilang “akting Reza mirip banget sama Pak Habibie”, aq cuma bisa diam dan bergumam dalam hati, oohh, iya ya??
Terlepas dari pengetahuanku soal Pak Habibie dan Ainun, aq cukup menikmati filmnya. Membuatku ingin membaca biografi/novel aslinya. Aq tertarik dengan komitmen, kejujuran dan pendiriannya. Betapa dia melakukan sesuatu itu bukan karena orientasi materi, tapi demi mimpi dan dedikasinya pada Indonesia. That’s so “me”. Hoho 😎 *nyama2in ajah* 😛 Orientasiku dalam pekerjaan pun bukan uang, tapi kualitas dan kepuasan orang lain atas kinerjaku.
Selama menonton filmnya, fokusku bukan pada apa dan bagaimana Pak Habibie. Tapi aq terpaku pada sosok BCL yang memerankan Bu Ainun. Seperti Pak Habibie, aq juga tidak tau banyak tentang Bu Ainun, jadi aq tidak bisa menilai kualitas akting BCL. Hanya saja, aq begitu kagum pada karakter beliau. Sungguh seorang istri yang luar biasa. Beliau rela mengesampingkan ego pribadinya demi mendampingi sang belahan hati. Diawali dengan pernikahan sederhana, menanggalkan baju dokternya, menjadi ibu rumah tangga biasa dan menjalani masa-masa sulit di Jerman, sabar dan penuh pengertian saat ditinggalkan sang suami demi mengabdi pada negara. Tanpa mengeluh, beliau mendukung penuh sang suami, walaupun sering merasa waktu untuk dia dan keluarga semakin berkurang. Begitu terharu aq menyaksikan pengorbanan dan pengabdiannya pada sang suami.
Beberapa scene dan dialog favoritku adalah di moment-moment ini:
- Janji Ainun saat dilamar, janji untuk selalu ada mendampingi Habibie
- Perjuangan pulang Habibie dengan sepatu bolongnya di tengah salju, mengingatkanku pada beratnya perjuangan Bapak dulu demi memenuhi tanggung-jawabnya pada keluarga
- Perkataan Habibie saat luka kakinya sedang dibersihkan oleh Ainun, “Kamu kuat, Ainun”, saat itu terdengar berbeda di telingaku, “Kamu kuat Putri, kamu kuat” 😎
- Ekspresi Habibie saat say goodbye dengan pesawatnya, aq seakan merasakan pedih hatinya, lukanya terhadap pengabdian yang berbuah penghinaan
Kalau orang lain setelah nonton ini banyak yang jadi merindukan sosok suami setia seperti Pak Habibie, mengidamkan cinta tulus mereka, dan mendambakan keutuhan rumah tangga mereka, aq lebih tertarik untuk menjadi sosok seperti Bu Ainun. Sosok wanita yang luar biasa. The Shinning Star became The Champion Maker *terinspirasi dari kata-kata om lambang*. Ah, tapi tidak, Pak Habibie tidak bisa disebut sebagai bintang yang redup. Beliau juga bersinar seperti Bu Ainun. Dan aq juga tidak bisa benar2 disebut sebagai Shinning Star.
Namun, sejak membaca postingan om lambang yang ini, aq jadi makin berambisi menjadi The Champion Maker. Aq ingin ada di balik layar kesuksesan calon suamiku. Aq tidak sempurna, dia yang entah siapa pun tak sempurna. Maka aq ingin menjadi sempurna bersamanya. Bergandengan tangan mendaki terjalnya bukit kehidupan. Aq ingin bersinar bersamanya. Aih, indahnya.. 😳
Film ini juga membuatku berpikir, seringkali kita salah dalam menggantungkan harapan. Kita berharap mendapatkan pendamping seperti Nabi Muhammad, tapi kita tidak berkaca, sudahkah kita seperti Khadijah atau Aisyah?? Kita bermimpi tinggi tanpa memantaskan diri untuk bisa meraih mimpi itu.
Jadi kawan, apapun mimpi kalian, maka sebelum menggantungkannya tinggi, pantaskanlah dulu diri kita agar mimpi itu cepat menghampiri.
Ibaratnya, bila ingin mendapatkan sosok seperti Pak Habibie, maka jadilah seperti Bu Ainun.
Lalu, apakah tanpa memantaskan diri kita bisa meraih mimpi kita?? Bisa saja, itu keajaiban. Jadi berdoalah sajalah agar bisa menjadi salah satu orang yang mendapat keajaiban itu. 😀
Memantaskan diri dulu, setelah itu Tuhan akan menunjukkan jalan. Tugas kita hanya berusaha, selanjutnya biarlah Tuhan yang atur.
Salah satu tugas terberat seorang wanita adalah memastikan bahwa rumah yang didiami layak disebut surga.
Setujuuuu!!!
Tapi terkadang, kita yang malas untuk memantaskan diri.
yups, jadi wanita itu sebenarnya tidak bisa dibilang mudah.
dan menurut aq, Ibu rumah tangga jaauuuhhhh lebih hebat dari wanita karier *untung ngga karies ya* 😛
Sepakat banget.
Menurut saya karir tersulit dalam hidup adalah sebagai ibu rumah tangga. Dari A sampai Z kebutuhan anak dan suami dia harus tahu.
Bayangkan bagaimana sulitnya memasak makanan yang pas buat anak yang alergi dan suami yang banyak keinginan. Menggabungkan dua hal kecil itu saja sulitnya minta ampun.
Apalagi seabrek yang lain lain. Makanya balasan istri yang sholihah adalah syurga.
he eh.
seorang ibu rumah tangga itu justru luar biasa.
harus bisa jadi seorang dokter umum, psikologi, koki, manager keuangan, menteri kebersihan, de el el…
kelak, semoga aq bisa menjalankan kewajiban sebagai seorang istri yang baik.. *aamiin*
Amien, semoga yah….
Ah, masih belum ada kesempatan nonton film ini Mba. Paling banter saya akan beli novelnya dulu… 😀
assiiikk..
mau donk pinjem novelnya mas 😉
Setujuuuuu pake bangeettt 😀
Pasti bu ainun bangga dan bahagia mmpunyai suami sprti pak habibie, dan sbnrnya pak habibie juga bangga dan bahagia punya istri sprti bu ainun,.. Hmm jadi terharu *ambil tissue
cup cup #puk puk
😀
Saya wktu nntn kmrin jdi mewek,…
sedia tisu gak?? nonton sama siapa?? bagian mana yang bikin nangis??
Hehheee,… kenapa mbak???
hehehe.. gpp, kali aja mau sharing 😉
Nonton sma mas mbak (calon),.. sbenere dari awal udah berkaca2 matanya, aplgi tiap adegan yg bikin merinding udah berkaca2, tapi bnr2 nangis pas ibu ainun dirawat di jerman, “ainun kenapa??? sakit???” wuhhh lngsung deres airmatanya
cie..cie.. ehm..
semoga “jadi” sampai ke pelaminan yaa.
aq juga dari awal udah berkaca-kaca, make kacamata soalnya,
wuahahaha.. #kaboor
amiinnnn mkasih bak putri
Wkwkwkk,… nangis juga gak??
masih bisa kutahan air matanya, hehe..
Waaa, ndakpapa mbak itu kan luapan perasaan 😀
dan bila ingin mendapatkan sosok seperti bu ainun, jadilah seperti pak habibie
(y)
*acung jempol* 😉
Film yang sangat rekomen untuk ditonton di antara sekian banyak film lokal yang ‘aneh’. hehehehe…
seneng banget baca review mba sama mba Moca… beda-beda… angle reviewnya beragam.
Ditunggu nih review Mas Lambang…
memang dicari-cari yang beda point of view nya.. 😀 kalau sama kan bosenin bacanya juga 😉
om lambang udah bikin kok reviewnya, disini nih :http://lambangsarib.wordpress.com/2013/01/01/habibie-ainun-sebuah-perjalanan-cinta-yang-menginspirasi/
🙂
wahhhh… terlambat mengetahuinya…
menuju TKP nih..
heuuuwww…kmren baru aja aku nnton sm tmn2…heheh…bagus sih..emm..bsok ya..aku posting jg soal ini sm pndapat aku :D..ntar baca ya
seeep…
ditunggu postingannya. 😉
Ping-balik: Minat STIFIn?? Hayu silaturahim ;) | My sToRy
aku belum sempat nonton filmnya jd pengen :D,,,
nice writiing dan salam kenal uti follow balik yah hehehe 😀
hmm.. kalau di depok sih masih ada tuh mba filmnya. ngga tau kalau di tempat mba. buruan nonton deh, ntar keburu abis lho 😉
salam kenal juga mba, terima kasih udah mampir. 🙂
________________________________
di Kupang gk ada bioskop soalnya 😦
kl gitu nunggu DVDnya aja.. 🙂
iya ahahha